Senjata-senjata
tersebut disita pekan lalu oleh kapal perang Sirocco. Muatan senjata
disembunyikan secara rapi di perahu pengangkut. Terdiri dari 1.500
senapan serbu AK-47, 200 RPG, dan 21 senapan mesin. Pada tanggal 28
Maret 2016, AL AS mencegat sebuah perahu yang disebut tidak menunjukkan
identitas bendera negaranya. Setelah diperiksa, ditemukan muatan
berbahaya. Namun para awaknya diizinkan pergi setelah senjata-senjata
tersebut disita.
Penemuan
senjata selundupan serupa terjadi pada 27 Februari lalu ketika Angkatan
Laut Australia mencegat sebuah perahu. Saat itu AL Australia menyita
sekitar 2.000 pucuk AK-47, 100 RPG, dan senjata lainnya.
Sementara pada
tanggal 20 Maret, sebuah kapal perusak Perancis menyita sekitar 2.000
AK-47, puluhan sniper Dragunov, sembilan rudal antitank dan peralatan
militer lainnya.
Semua dugaan mengarah ke republik Syi'ah Iran yang menyuplai senjata ilegal bagi pemberontak Syi'ah Houthi di Yaman.
Juru bicara
Gedung Putih, Josh Earnest, Senin kemarin menyatakan bahwa dukungan Iran
pada Houthi adalah contoh dari bentuk "merusak kestabilan" di kawasan
tersebut. Penyelundupan senjata ilegal juga bisa diperkarakan melalui
Dewan Keamanan PBB.
"Kami jelas
prihatin terhadap perkembangan seperti ini, karena memberi dukungan pada
pemberontak di Yaman adalah sesuatu yang sepenuhnya bertentangan dengan
resolusi Dewan Keamanan PBB", kata Earnest.
Sebelumnya para
pejabat AS maupun Arab telah menyebutkan keterlibatan langsung Iran
dalam mendukung aksi ilegal Houthi, termasuk pelatihan dan
mempersenjatai militan Syi'ah.
Houthi dan
sekutunya, loyalis mantan diktator Abdullah Shaleh, berhasil merebut
ibukota Sana'a sejak September 2014. Membawa Yaman dalam pemaksaan
politik sepihak.
Sebuah koalisi
militer yang dipimpin Arab Saudi sejak setahun lalu melancarkan operasi
di Yaman untuk mengembalikan pemerintah yang sah dan didukung mayoritas
rakyat Yaman. Koalisi berhasil membalik keadaan dan mendesak para
pemberontak.
Terungkapnya
penyelundupan senjata ilegal ini terjadi menjelang kesepakatan untuk
gencatan senjata besar pada 10 April mendatang, untuk dilanjutkan dalam
sebuah perundingan politik pada 18 April di Kuwait. (Reuters)
Sumber: www.risalah.tv