Berita ini dilansir dari news.okezone.com, Seorang siswi Sekolah Dasar yaitu Syalu Fitria Gumay (8), seorang pelajar kelas III SDN 60 Kota
Lubuklinggau mengalami kebutaan pada mata sebelah kirinya, akibat
dipukul oleh teman satu kelasnya berinisial Kvn.
Dunia
pendidikan kembali tercoreng karena ulah KV (9) salah satu siswa kelas
III SDN 60 Kota Lubuklinggau yang memukul teman sekelasnya, Syalu Fitria
Gumay (8). Pemukukan ini menyebabkan korban kehilangan penglihatanya,
karena memar dan mengeluar nanah.
Insiden tersebut terjadi diduga karena kelalaian guru yang saat kejadian
tidak ada didalam kelas, padahal saat itu merupakan jam pelajaran yang
semestinya diisi dengan kegiatan belajar mengajar (KBM).
Ayah kandung korban, Tarmi Indawan dengan didamingi paman korban Edi
Gumai menerangkan bahwa perkara tersebut akan dibawa kerana hukum agar
bisa ditindaklanjuti oleh pihak kepolisian.
Dilaporkan Senin (11/4) lalu dengan no laporan polisi : LP/B-238/IV/2016/Sumsel/Res Linggau.
Pelaporan ke Polisi tersebut karena sejak awal kejadian sampai kemarin
korban belum juga mendapatkan pertanggungjawaban, baik itu dari keluarga
pemukul maupun dari pihak sekolah, bahkan tidak ada upaya untuk
membantu.
Kelurga korban menyayangkan sifat acuh pihak sekolah terhadap mereka,
sebab peristiwa tersebut terjadi didalam kelas saat jam sekolah
berlangsung.
Dikatakanya pihaknya menyampaikan laporan ke Kepolisiansebagai langkah
hukum karenakan hingga saat ini, kasus tersebut seolah dibiarkan saja
oleh pihak sekolah dan keluarga siswa yang melakukan pemukulan.
Ia mengkhawatirkan, akan ada kejadian serupa jika hal tersebut tidak ditindaklanjuti dan dibiarka saja.
"Awalnya diketahui hanya luka memar dan memerah yang dialami keponakan
kami, saat ia pulang sekolah, namun sebelumnya kami menduga sakit mata
biasa dan sudah kita lakukan cek medis di Puskesmas, lalu dirujuk ke
Rumah Sakit Umum dan telah ditangani dokter dengan memberikan obat
tetes," ceritanya.
Namun, menurutnya setelah tiga hari diobati di rumah, bengkak dan
memerah yang dialami keponakannya, malah semakin parah, bahkan dari mata
yang mengalami luka akibat pukulan tersebut, mengeluarkan nanah dan
darah.
"Dokter awalnya akan melakukan operasi, namun saat diperiksa lagi,
dokter batal melakukan operasi, dikarenakan menurutnya kondisi mata
tersebut telah bersih dari nanah dan darah, tetapi dokter mengaku bahwa
kebutaan yang dialami keponakannya memang telah terjadi sebelum akan
dilakukan tindakan operasi," jelasnya.
"Ini yang membuat kami kecewa, sebab selama proses penyembuhan dan
pengobatan yang dilakukan pihaknya, tidak ada satu pun bentuk perhatian
dari pihak sekolah, maupun keluarga siswa yang melakukan pemukulan untuk
membantu dan bertanggung jawab. Kasus ini pun, telah juga kami laporkan
kepada Kepala PGRI Lubuklinggau, agar bisa disampaikan kepada pihak
sekolah,"tambahnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Lubuklinggau, Erwin Armedi saat dihubungi enggan mengomentari hal tersebut.
"Silahkan hubungi kepala sekolah dulu, agar tahu bagaimana kejadian sebenarnya,"katanya singkat melalui sambungan telepon.
Walikota Lubuklinggau, H SN Prana Putra Sohe saat dimintai tanggapan, ia
akan memerintahkan Disdik Lubuklinggau mendalami persoalan ini.
" Nanti Disdik yang mendalami masalah ini supaya lebih jelas bagaimana
cerita atau kejadian sebenarnya, kalau sudah ditindaklanjuti Disdik
tentu akan kita bantu biaya operasinya,"pungkasnya.(rizky)
- See more at: http://www.krsumsel.com/2016/04/murid-sdn-buta-diduga-dipukul.html#sthash.yxsBSfFJ.dpuf
Dunia
pendidikan kembali tercoreng karena ulah KV (9) salah satu siswa kelas
III SDN 60 Kota Lubuklinggau yang memukul teman sekelasnya, Syalu Fitria
Gumay (8). Pemukukan ini menyebabkan korban kehilangan penglihatanya,
karena memar dan mengeluar nanah.
Insiden tersebut terjadi diduga karena kelalaian guru yang saat kejadian
tidak ada didalam kelas, padahal saat itu merupakan jam pelajaran yang
semestinya diisi dengan kegiatan belajar mengajar (KBM).
Ayah kandung korban, Tarmi Indawan dengan didamingi paman korban Edi
Gumai menerangkan bahwa perkara tersebut akan dibawa kerana hukum agar
bisa ditindaklanjuti oleh pihak kepolisian.
Dilaporkan Senin (11/4) lalu dengan no laporan polisi : LP/B-238/IV/2016/Sumsel/Res Linggau.
Pelaporan ke Polisi tersebut karena sejak awal kejadian sampai kemarin
korban belum juga mendapatkan pertanggungjawaban, baik itu dari keluarga
pemukul maupun dari pihak sekolah, bahkan tidak ada upaya untuk
membantu.
Kelurga korban menyayangkan sifat acuh pihak sekolah terhadap mereka,
sebab peristiwa tersebut terjadi didalam kelas saat jam sekolah
berlangsung.
Dikatakanya pihaknya menyampaikan laporan ke Kepolisiansebagai langkah
hukum karenakan hingga saat ini, kasus tersebut seolah dibiarkan saja
oleh pihak sekolah dan keluarga siswa yang melakukan pemukulan.
Ia mengkhawatirkan, akan ada kejadian serupa jika hal tersebut tidak ditindaklanjuti dan dibiarka saja.
"Awalnya diketahui hanya luka memar dan memerah yang dialami keponakan
kami, saat ia pulang sekolah, namun sebelumnya kami menduga sakit mata
biasa dan sudah kita lakukan cek medis di Puskesmas, lalu dirujuk ke
Rumah Sakit Umum dan telah ditangani dokter dengan memberikan obat
tetes," ceritanya.
Namun, menurutnya setelah tiga hari diobati di rumah, bengkak dan
memerah yang dialami keponakannya, malah semakin parah, bahkan dari mata
yang mengalami luka akibat pukulan tersebut, mengeluarkan nanah dan
darah.
"Dokter awalnya akan melakukan operasi, namun saat diperiksa lagi,
dokter batal melakukan operasi, dikarenakan menurutnya kondisi mata
tersebut telah bersih dari nanah dan darah, tetapi dokter mengaku bahwa
kebutaan yang dialami keponakannya memang telah terjadi sebelum akan
dilakukan tindakan operasi," jelasnya.
"Ini yang membuat kami kecewa, sebab selama proses penyembuhan dan
pengobatan yang dilakukan pihaknya, tidak ada satu pun bentuk perhatian
dari pihak sekolah, maupun keluarga siswa yang melakukan pemukulan untuk
membantu dan bertanggung jawab. Kasus ini pun, telah juga kami laporkan
kepada Kepala PGRI Lubuklinggau, agar bisa disampaikan kepada pihak
sekolah,"tambahnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Lubuklinggau, Erwin Armedi saat dihubungi enggan mengomentari hal tersebut.
"Silahkan hubungi kepala sekolah dulu, agar tahu bagaimana kejadian sebenarnya,"katanya singkat melalui sambungan telepon.
Walikota Lubuklinggau, H SN Prana Putra Sohe saat dimintai tanggapan, ia
akan memerintahkan Disdik Lubuklinggau mendalami persoalan ini.
" Nanti Disdik yang mendalami masalah ini supaya lebih jelas bagaimana
cerita atau kejadian sebenarnya, kalau sudah ditindaklanjuti Disdik
tentu akan kita bantu biaya operasinya,"pungkasnya.(rizky)
- See more at: http://www.krsumsel.com/2016/04/murid-sdn-buta-diduga-dipukul.html#sthash.yxsBSfFJ.dpuf Insiden terjadi pada saat kegiatan belajar mengajar (KBM)
berlangsung, namun karena guru yang mengajar tidak berada di kelas, maka
dimanfaatkan pelajar untuk bermain-main sesama teman kelasnya. Hingga
terjadilah insiden pemukulan tersebut. Akibat perbuatan itu korban
mengalami kebutaan.
Paman korban, Edi Gumay, menjelaskan pihaknya telah membawa kasus ini
ke ranah hukum dengan melaporkan kepada pihak kepolisian, agar bisa
ditindaklanjuti.
Sebab, menurutnya, dari awal kejadian hingga saat ini, keponakannya
belum juga mendapatkan pertanggungjawaban, baik itu dari keluarga siswa
yang melakukan pemukulan, termasuk dari pihak sekolah yang bahkan tidak
ada upaya untuk membantu.
"Yang kami sayangkan, bahkan pihak sekolah terkesan acuh terhadap
keluarga kami. Padahal, kejadian tersebut disebabkan juga kelalaian
pihak sekolah, sebab insiden ini terjadi saat jam pelajaran berlangsung
dan guru yang semestinya mengajar, malah tidak ada di kelas," ungkapnya,
Rabu (13/4/2016).
Dia menambahkan, pihaknya menyampaikan laporan kepada kepolisian,
guna mengetahui langkah hukum selanjutnya yang mesti mereka ambil,
karena hingga kini kasus tersebut seolah dibiarkan saja oleh pihak
sekolah dan keluarga siswa yang melakukan pemukulan.
Edi khawatir, akan ada kejadian serupa jika kasus tersebut tidak
ditindaklanjuti dan dibiarkan. "Awalnya, diketahui luka memar dan
memerah yang dialami keponakan kami, saat ia pulang sekolah, namun
sebelumnya kami menduga sakit mata biasa dan sudah kita lakukan cek
medis di Puskesmas, lalu dirujuk ke Rumah Sakit Umum dan telah ditangani
dokter dengan memberikan obat tetes," jelasnya.
Namun, menurutnya setelah tiga hari diobati di rumah, bengkak dan
memerah yang dialami keponakannya, malah semakin parah. Bahkan dari mata
yang mengalami luka akibat pukulan tersebut, mengeluarkan nanah dan
darah.
"Awalnya, dokter akan melakukan operasi, namun saat diperiksa lagi,
dokter urung melakukan operasi, dikarenakan menurutnya kondisi mata
tersebut telah bersih dari nanah dan darah, tetapi dokter mengaku bahwa
kebutaan yang dialami keponakannya memang telah terjadi sebelum akan
dilakukan tindakan operasi," bebernya.
Menurutnya, upaya penyembuhan terus dilakukan, hingga membawa
keponakannya ke salah satu rumah sakit di Kota Palembang, namun tetap
saja kondisi kebutaan tetap tidak terhindarkan.
"Ini yang membuat kami kecewa, sebab selama proses penyembuhan dan
pengobatan yang dilakukan pihaknya, tidak ada satu pun bentuk perhatian
dari pihak sekolah, maupun keluarga siswa yang melakukan pemukulan untuk
membantu dan bertanggung jawab," tegasnya.
"Kasus ini pun, telah juga kami laporkan kepada Kepala PGRI
Lubuklinggau, agar bisa disampaikan kepada pihak sekolah. Sementara
untuk di kepolisian, kita laporkan Senin 11 April lalu dengan no laporan
polisi: LP/B-238/IV/2016/Sumsel/Res Linggau," tutur Edi.