“ Dari Paduka Raja yang Mulya, Tuanku Abdul Muluk, sultan dari sultannya
kerajaan Negeri di bawah awan. Mengumumkan bahwa, raja mencari lelaki yang akan
dijadikan menantu dengan syarat bisa mengaji dengan berlagu. Demikianlah
Pengumuman dari Tuan Ku Raja Abdul Muluk.”
Maka keesokan harinya, di depan istana telah berkumpullah semua pemuda
untuk mengadu nasib mereka di istana. Mereka memperdengarkan suara mereka,
namun belum ada yang berkenan di hati raja.
Sesaat kamudian, ada seorang lelaki yang bersuara merdu dan bagus sehingga
menggetarkan seluruh penghuni istana.
‘Hei, Pemuda’. Kata seorang prajurit kepada salah seorang peserta
Seyembara.
“Saya”. Jawab lelaki itu. ‘Ia kamu”. Lanjut Prajurit.
‘Raja memanggilmu”
Akhirnya yang dipanggilpun menghadap raja.
Suaramu Bagus anak muda”. Kata raja.
‘Alhamdulillah. iTulah anugerah Allah kepada hamba”. Jawab pemuda itu.
“Kamu mau menjadi menantuku” Kata raja.
Iya Tuanku. Tapi saya sudah punya istri” Jawab pemuda itu.
Lancang kamu, anakku ingin kau jadikan istri kedua, Yah.’ Kata raja.
Bukan yang kedua yang mulya, tapi yang ketiga.” Lanjut pemuda itu.
“ Pengawal, bawa dia keluar dari istana ini”Perintah raja kepada prajurit.
Enak saja, ingin menjadikan anakku istri ketiga” Pikir Raja Abdul Malik.
Raja pun gelisah, tak ada seorang pun yang terjaring dalam seyembara itu.
Hatinya gusar, tidur tak nyeyak makan tak kenyang.
Namun berbeda dengan putrinya yang bernama Putri Kembang Sepatu.
‘Ayahanda, janganlah gusar. Ananda rela jadi istri pemuda tadi walau istri
ketiga”. Kata Putri Kepada Raja.
‘Tidak anakku, kau harus menikah dengan lelaki yang masih sendiri” Kata
raja.
Di saat sedang gusar, dari kejauhan samar-samar terdengarlah alunan suara
seorang lelaki yang sedang mengaji. Raja pun penasaran, suara siapakah
gerangan?
Itulah seorang Ketua Bandit yang pernah memimpin perampokkan di rimba Riput
situngganglanggang. Hutan yang lebat yang berada tak jauh dari kerajaan negeri
dibawah awan.
“ Kalau Kau nak dengankuuuuuu, akan ku belikan tasy
Puruuuuuuun”
Dikumandangkanlah kata-kata itu seolah-olah seperti seorang yang sedang
mengaji.
Tas Purun saat itu adalah tas yang paling istimewa, tak sembarangan orang
yang dapat memilikinya.
Raja terkesima mendengar lantunan itu. Ia memerintahkan prajuritnya untuk
mengundang pemuda yang dimaksudkan itu.
Pemudaitupun langsung di ajak ke istana, tanpa ada pengetesan oleh raja.
Karaena raja tidak ingin berlama-lama menanti sang putri berumah tangga.
Akhirnya putri pun menikah dengan pemuda itu.
Suatu siang, Disaat sedang sepi, dari kamar tidur Pemuda itu bersenandung
lagi dan bukan mengaji, namun suaranya mirip orang yang sedang mengaji. Pemuda
itu sedang kelaparan sedangkan istrinya lagi pergi ke tempat lain.” Akuuu
nak makan lauuuk sambal Cung kediro”. Kta pemuda itu.
Cung Kediro adalah sejenis tomat yang kecil-kecil yang biasa dibuat sambal
yang sajikan mentah ataupun masak.
Namun, lapar tetaplah lapar perut sang pemuda bertambah keroncongan. Karena
tak ada yang tahu ia sedang kelaparan. Tak lama berselang Istrinya kembali ke
kamar dengan membawa kue dan buah-buahan. Kahirnya hilanglah lapar sang pemuda.
Waktu terus berlalu, dan sesaat lagi sholat Ashar, Sang Raja ingin sholat
berjamaah di istana, namun ia tidak melihat si pemuda. Putriku yang manis Putri
Kembang Sepatu, kemanakah gerangan suamimu”. Tanya Raja.
“Ia di kamar ayahanda” jawab putri
“Panggilah ia, kita akan sholat berjemaah” titah raja.
“ Baiklah Ayahanda” Putri langsung ke kamarnya.
Kakanda, Ayahanda meminta kakanda untuk sholat bersama di surau istana.
Mendengar perintah raja seperti itu, si Pemuda pun menjadi gelisah.
“Wah gawat, mati aku, aku tak pernah sholat sebelumnya” Kata pemuda dalam
hati.
“Iya, baiklah nanti aku menyusul” Kata pemuda itu.
Ditunggu, semenit,dua menit, tiga menit .... tak datang datang. Pemuda itu
tak muncul-muncul ke musholah istana. Hingga rajapun memerintah prajurit untuk
menjemput pemuda itu. Namun, di kamarnya tidak ada juga. Pemuda itu menghilang,
ia meninggalakan secarik surat.
“Istriku Putri Kembang Sepatu, Maafkan Aku, aku bukanlah seperti yang
ayahmu harapkan, aku tak bisa mengaji. Aku hanyalah orang yang terbuang,
seorang penjahat di tengah rimba situnggang langgang. Namun aku mencintaimu. Aku
berjanji jika ku kembali, aku sudah bisa mengaji.”
Tak terasa sudah sudah air mata sang putri, walaupun baru pertama dan
sesaat, cintanya sudah tinggi mengubun-ubunkepada suaminya.
Sebenarnya raja murka, namun ia tidak ingin membuat kegaduhan sehingga
akhirnya dengan perintah rahasia ia memerintahkan agar Si Pemuda itu di bawa
kembali ke Istana. Raja berjanji akan mengupah seorang guru ngaji untuk
mengajarinya.