Kedudukan
Abu Bakar di Sisi Rasulullah
Dari Amr bin Ash, Rasulullah pernah mengutusku dalam Perang Dzatu
as-Salasil, saat itu aku menemui Rasulullah dan bertanya kepadanya,
“Siapakah orang yang paling Anda cintai?” Rasulullah menjawab, “Aisyah.”
Kemudian kutanyakan lagi, “Dari kalangan laki-laki?” Rasulullah
menjawab, “Bapaknya (Abu Bakar).”
– Saat Masih Hidup di Dunia, Abu Bakar Sudah Dipastikan Masuk Surga
Abu Musa al-Asy’ari mengisahkan, suatu hari dia berwudhu di rumahnya
lalu keluar menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Abu Musa
berangkat ke masjid dan bertanya dimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, dijawab bahwa Nabi keluar untuk suatu keperluan. Kata Abu Musa,
“Aku pun segera pergi berusaha menyusulnya sambil bertanya-tanya, hingga
akhirnya beliau masuk ke sebuah kebun yang teradapat sumur yang dinamai
sumur Aris. Aku duduk di depan pintu kebun, hingga beliau menunaikan
keperluannya.
Setelah itu aku masuk ke kebun dan beliau sedang duduk-duduk di atas
sumur tersebut sambil menyingkap kedua betisnya dan menjulur-julurkan
kedua kakinya ke dalam sumur. Aku mengucapkan salam kepada beliau, lalu
kembali berjaga di depan pintu sambil bergumam “Hari ini aku harus
menjadi penjaga pintu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Tak
lama kemudian datanglah seseorang ingin masuk ke kebun, kutanyakan,
“Siapa itu?” Dia menjawab, “Abu Bakar.” Lalu kujawab, “Tunggu sebentar.”
Aku datang menemui Rasulullah dan bertanya padanya, “Wahai Rasulullah,
ada Abu Bakar datang dan meminta izin masuk.” Rasulullah menjawab,
“Persilahkan dia masuk dan beritahukan padanya bahwa dia adalah penghuni
surga.”
Penutup
Demikianlah Abu Bakar ash-Shiddiq dengan keutamaan-keutamaan yang ada
padanya. Sebuah keistimewaan yang mungkin tidak pernah terlintas di
benak kita, kita dijamin surga, menjadi kekasih Rasul, orang kecintaan
Rasulullah, dan sahabat dekatnya. Lalu bagaimana bisa di hari ini ada
orang yang merendahkan kedudukan beliau, setelah Allah dan Rasul-Nya
memuliakan dia?
Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjauhkan kita dari sifat buruk
yang merendahkan wali-Nya, menjadi musuh orang yang Dia cintai. Semoga
Allah meridhai Abu Bakar ash-Shiddiq.
Sumber: al-Bidayah wa an-Nihayah