Sempat Kaya Raya, Dukun Cilik Ponari Sekarang Bernasib seperti Ini

Siapa yang tidak mengetahui Ponari. Nama dukun cilik beken asal Dusun Kedungsari, Desa Balungsari, Kecamatan Megaluh, Jombang, Jawa Timur, pernah fenomenal di negeri ini.

Cerita penemuan batu sebesar kepalan tangan anak-anak berwarna coklat kemerahan itu cukup dramatis serta memiliki nuansa mistis. Ponari dalam ceritanya mengungkap, batu itu diketemukan dengan cara tak berniat, yaitu waktu hujan deras mengguyur desanya.
Seperti bocah-bocah seusianya, Ponari bermain-main dibawah guyuran hujan lebat yang sesekali diiringi nada geledek. Ketika itu, lanjut Ponari, berbarengan nada petir yang menggelegar, kepalanya seperti dilempar benda keras.


Sejurus lalu, Ponari rasakan udara panas menyebar ke semua badannya. Berbarengan itu, Ponari rasakan ada batu ada dibawah kakinya. Batu itu keluarkan cahaya warna merah. Lantaran penasaran, batu itu dibawa pulang serta ditempatkan di meja.

Tetapi, waktu Ponari beranjak remaja. Kesaktian yang dipunyainya seakan meredup. Pasiennya saat ini dapat dihitung jari.

“Sekarang tidak menentu. Terkadang ada satu orang, terkadang sepi pasien, ” tutur nenek Ponari, Mbok Legi.

Tiap-tiap tamu yang datang, walau tidak pernah disuruh serta dibanderol tarif, rata-rata memberi duit Rp20. 000.

Kata sang ibu, Mukaromah, mulai sejak pasien mulai sepi, saat ini Ponari lebih konsentrasi sekolah. Putra pertamanya itu kembali melanjutkan pendidikan yang pernah terlambat 3 th. lamanya.

Status Ponari sebagai dukun cilik memanglah merubah hidupnya. Sesudah dengan cara ekonomi keluarganya naik mencolok dari hasil

penyembuhan Ponari, dukun cilik itu malah malas ke sekolah, sampai pada akhirnya tak ikuti ujian nasional sekian waktu lalu.

“Tahun tempo hari turut ujian di program paket A alhamdulillah lulus. Saat ini meneruskan lagi ke sekolah Tsanawiyah (sekolah Islam satu tingkat SMP). Baru kelas satu, ” tuturnya.

Tentang materi yang didapatnya dari hasil penyembuhan Ponari, keluarga ini mengakui waktu itu pernah terkumpul duit Rp 1 miliar kian lebih pasien yang datang.

Dengan duit sejumlah itu, dia dapat bangun tempat tinggal yang begitu layak, beli 2 bagian sawah seluas 2 hektar, sepeda motor serta perlengkapan rumah tangga.

Tetapi duit yang jumlahnya fantastis untuk orang kampung itu saat ini sudah habis. Keadaan ekonomi keluarganya juga kembali seperti awal mulanya.

Ibu dua anak ini mengeluhkan cost sekolah Ponari yang termasuk mahal. Walau sebenarnya cost ujian akhir semester itu cuma Rp250. 000. Bahkan juga, untuk melahirkan putra ke duanya ia alami kesusahan keuangan.

Berkaitan sepinya pasien Ponari sekarang ini. Mukaromah mempunyai argumen sendiri beberapa gosip negatif bikin pasien tidak lagi datang ke tempat tinggalnya. Keluarga Ponari saat ini tempati tempat tinggal cukup mentereng untuk ukuran desa setempat. Dindingnya terbuat dari tembok dengan cat menguasai warna putih, berlantai keramik mengkilap. Walau sebenarnya, sebelumnya memerankan praktik perdukunan tempat tinggal Ponari terbuat dari anyaman bambu dengan lantai tanah. Tak tahu apa yang bikin warga Indonesia terutama beberapa warga Jombang meyakini bakal kemampuan batu itu.

Sumber:
kabarterdasyat.com, sehatitumahal.com