Memelihara Tauhid itu bukanlah hal Mudah

Kita harus mengenal apa saja perkara yang bertentangan dengan tauhid dan berhati-hati terhadapnya. Agar ia tidak terjerumus ke dalamnya. Ilmu tentang hakikat tauhid tidak akan menjadi sempurna jika tidak disertai dengan ilmu tentang perkara-perkara yang bertolak belakang dengan tauhid. Dan tauhid tidak akan tegak jika padanya masih terdapat perkara-perkara yang bertentangan dengannya. Yang bertentangan dengan tauhid ini ada dua macam: 
(1) Yang termasuk kategori pembatal tauhid, seperti: syirik besar.
(2) Yang termasuk pengurang tauhid, seperti: syirik kecil.*

Tauhid adalah mengesakan Allah Swt. tanpa menyekutukan-Nya dengan apapun juga baik yang berada di bumi maupun di semesta alam ini.

Mengapa memelihara Tauhid itu berat? 

Benar, memelihara tauhid itu sama saja memelihara akidah dalam hati dan jiwa, agar tidak tergelincir dengan kesyirikan, yang membuat Allah menjadi cemburu. Banyak orang yang mampu untuk beribadah kepada Allah Swt. tapi tidak mampu untuk mempertahankan Akidahnya. Contohnya, seorang pemuda yang sholat dan selalu berusaha untuk istiqomah dengan sholatnya, namun ia tidak bisa menepis mitos, tidak bisa meninggalkan kepercayaan nenek moyang atau mempercayai ajimat. Jika ibadah yang ia lakukan atas dasar tauhid, ia tidak akan meyakini hal-hal yang dianggapnya sakti, mitos atau apasaja yang di anggapnya hebat dan mampu membantunya dalam kehidupan. Kemudian, banyak kita lihat tontonan televisi yang mengarah ke arah kesyirikan (saya sebutkan contohnya di drama seri Uttaran yang ditayangkan setiap sore di Televisi swasta), yang terkadang kata-kata yang diucapkan oleh para pemain drama (Non Muslim), diikuti oleh para ibu-ibu, anak-anak bahkan mungkin ada kaum lelaki yang mengikutinya, seperti kata "Demi Dewa" dan sebagainya. Padahal ucapan seperti itu jika terus menerus diucapkan, itu akan mempengaruhi Akidah yang lurus.  

Sebagai hamba Allah Swt, dan sebagai Umat Rasulullah SAW, seharusnya kita ucapkanlah "sami'na wa atho'na", bukan mengikuti hawa nafsu yang ada dalam diri. Hawa nafsu terkadang menipu, hawa nafsu terkadang ditunggangi oleh syaithon yang terkutuk. Tanpa berbekal ilmu, Akidah akan terkikis bahkan luntur dihapus syirik. 

Sahabatku, Sebagian Ulama membagi tauhid itu menjadi tiga jenis. Berikut penjelasan ringkas tentang tiga jenis tauhid tersebut:
  1. Tauhid rububiyah. Maknanya adalah mengesakan Allah dalam hal penciptaan, kepemilikan, dan pengurusan. Di antara dalil yang menunjukkan hal ini adalah firman Allah:
    أَلاَلَهُ الْخَلْقُ وَاْلأَمْرُ تَبَارَكَ اللهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
    “Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah” (Al- A’raf: 54).
  2. Tauhid uluhiyah atau tauhid ibadah. Disebut tauhid uluhiyah karena penisbatanya kepada Allah dan disebut tauhid ibadah karena penisbatannya kepada makhluk (hamba). Adapun maksudnya ialah pengesaan Allah dalam ibadah, yakni bahwasanya hanya Allah satu-satunya yang berhak diibadahi. Allah Ta’ala berfirman:
    ذَلِكَ بِأَنَّ اللهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَايَدْعُونَ مِن دُونِهِ الْبَاطِلُ
    ”Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan sesungguhnya yang mereka seru selain Allah adalah batil” (Luqman: 30).
  3. Tauhid asma’ wa shifat. Maksudnya adalah pengesaan Allah ‘Azza wa Jalla dengan nama-nama dan sifat-sifat yang menjadi milik-Nya. Tauhid ini mencakup dua hal yaitu penetapan dan penafian. Artinya kita harus menetapkan seluruh nama dan sifat bagi Allah sebgaimana yang Dia tetapkan bagi diri-Nya dalam kitab-Nya atau sunnah nabi-Nya, dan tidak menjadikan sesuatu yang semisal dengan Allah dalam nama dan sifat-Nya. Dalam menetapkan sifat bagi Allah tidak boleh melakukan ta’thil, tahrif, tamtsil, maupun takyif. Hal ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya:       لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ ”Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy-Syuura: 11) (Lihat Al-Qaulul Mufiiid  I/7-10)*
Perlu kita ketahui bahwa isi Al-Qur-an semuanya adalah tentang tauhid. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa isi Al-Qur’an semuanya adalah tentang tauhid. Maksudnya karena isi Al-Qur’an menjelaskan hal-hal berikut:
  1. Berita tentang Allah, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, perbuatan-Nya, dan perkataan-Nya. Ini adalah termasuk tauhidul ‘ilmi al khabari (termasuk di dalamnya tauhid rububiyah dan asma’ wa shifat).
  2. Seruan untuk untuk beribadah hanya kepada Allah semata dan tidak mempersekutukan-Nya. Ini adalah tauhidul iraadi at thalabi (tauhid uluhiyah).
  3. Berisi perintah dan larangan serta keharusan untuk taat dan menjauhi larangan. Hal-hal tersebut merupakan huquuqut tauhid wa mukammilatuhu (hak-hak tauhid dan penyempurna tauhid).
  4. Berita tentang kemuliaan orang yang bertauhid, tentang balasan kemuliaan di dunia dan balasan kemuliaan di akhirat. Ini termasuk jazaa’ut tauhid (balasan bagi ahli tauhid).
  5. Berita tentang orang-orang musyrik, tentang balasan berupa siksa di dunia dan balasan azab di akhirat. Ini termasuk balasan bagi yang menyelisihi hukum tauhid.
Dengan demikian, Al-Qur’an seluruhnya berisi tentang tauhid, hak-haknya dan balasannya. Selain itu juga berisi tentang kebalikan dari tauhid yaitu syirik, tentang orang-orang musyrik, dan balasan bagi mereka (Lihat  Fathul Majid 19).
Demikianlah sekelumit pembahasan tentang pembagian tauhid. Semoga Allah Ta’ala senantiasa meneguhkan kita di atas jalan tauhid untuk mempelajarinya, mengamalkannya, dan mendakwahkannya.

* Dikutip dari : sabilulilmi.wordpress.com, muslimah.or.id