Awal membina Rumah tangga adalah pendidikan bagi kawula muda yang baru saja
menikah. Pendidikan dalam meraih keridhaan Allah yang maha Esa, di dalamnya
pasutri di hadapkan dengan berbagai macam problema kehidupan dari manis hingga
pahit.
Salah satu pendidikan yang dapat dipraktekan dan dijalani oleh pasutri
adalah saling menyayangi, saling menghargai dan menghormati. Ini adalah suatu
pendidikan yang tak bisa dipraktekan oleh insan yang belum menikah. Karena,
jika insan tersebut melakukan praktek ini artinya ia telah melanggar dari
kodrat dan perintah Allah.
Pernikahan adalah salah satu bentuk ibadah. Bahkan, segala sesuatu yang baik
dilakukan pada pasangan akan menjadi pahala. Salah satunya adalah mencium
kening istri dan tangan suami.
Mencium pasangan. Selain sebagai sunnah karena nabi pernah melakukannya
terhadap ummul mukmin Aisyah, untuk itu bagi kami para suami, mencium dahi
istri merupakan cara yang ampuh untuk mendapatkan semangat dan ketenangan.
Selain itu, bermakna tanda ketundukkan suami kepada rabbNya karena ia telah
mengambil sumpah atas namaNya untuk menghalalkan istri dan siap membimbing
dalam bingkai ketaatan. Barangkali, mencium dahi adalah bentuk ungkapan kasih
sayang kami yang tak terwakilkan oleh kata-kata.
Wahai para istri, mencium punggung
tangan suami adalah cara ia mendapatkan kekuatan.Tak berlebihan bahwa ini pun
adalah bentuk sikap tunduk dengan penuh keridhaan menjemput ridhaNya dalam
bingkai sakinah (ketenangan) mawaddah (cinta yang membuncah) warahmah (kasih
sayang).
Mengecup dahi istri atau mencium tangan suami, hakikatnya adalah sebuah
simbol dari satu hal paling mahal dalam hubungan suami isteri, yaitu “saling
percaya”. Suami mempercayakan kepada istri untuk menjadi madrasatul ula bagi
putra putrinya kelak.
Dan Istri mempercayakan amanah bimbingan kepada sang nahkoda agar bahtera
rumah tangganya selamat berlayar hingga ke jannah. Hendaknya masing-masing kita
memaksimalkan kepercayaan dan amanah tersebut dengan sebaik-baik menyiapkan
serta menempuhnya.
Pada akhirnya dalam berumah tangga, kita belajar untuk saling menjaga.
Menjaga hati, menjaga lisan, menjaga mata, menjaga keluarga untuk kita jauhkan
sejauh-jauhnya dari api neraka. “Kuu
anfusakum wa ahlikum naara” dan mendekat-dekat kan sedekat-dekatnya kepada
Ar Rahman.
Nah, sekarang bagaimana sahabat Murataraku yang masih jombloh...!!!
Sumber: Berbagai media