Ramadhan sudah mampir di dalam kehidupan kita, namun sudah siapkah kita menjalaninya. Ramadhan sering di salah artikan oleh kita sebagai umat islam. Mengapa Kebutuhan di Bulan Ramadhan ini bisa meningkat? Mengapa belanja semakin membengkak? itulah kekeliruan kita dalam memaknai bulan suci ini.
Bulan Ramadhan semestinya adalah bulan dimana kita merasakan berlapar-lapar dan memaknai arti lapar itu dengan sedalam-dalamnya. Maksudnya, di kala berpuasa kita diperintahkan untuk mengurangi makanan. Dan jika kelebihan makanan seharusnya kita bagikan kepada setiap insan yang membutuhkan, bukannya ditumpukkan ke dalam perut semua yang ada (makanan). Kita sebenarnya di ajak untuk melatih nafsu agar mampu menahan diri dari sifat berlebih-lebihan. Artinya puasa itu adalah kesederhanaan. Namun, di kala berbuka kita kadang memiliki banyak pilihan makanan di meja makan kita, sedangkan yang kita makan adalah mana yang kita mampu memasukkannya ke dalam perut. Lalu kemana sisa-sisa makanan kita itu? Yah, barangkali ada orang yang mau diberikan makanan sisa berbuka kita tadi. Itupun jika hati seseorang itu memiliki sikap dermawan dan suka memberi. Namun jika tidak meliki sikap memberi, makanan-makanan yang begitu banyak itu akan berakhir di tong sampah. Kasihan kan! Makanan enak-enak kita buang saja dengan percuma, padahal jika kita mau melototi dunia entah dari media elektrnik, media massa ataupun media sosial kita akan menemukan betapa banyak saudara-saudara kita yang sedang kekurangan makanan dan bahkan tidak ada makanan sama sekali.
Rasulullah SAW berkata: ”Apabila berbuka salah satu kamu, maka hendaklah berbuka dengan kurma.
Andaikan kamu tidak memperolehnya, maka berbukalah dengan air, maka
sesungguhnya air itu suci”
Hadis di atas menunjukkan sikap sederhana dalam berpuasa, bukannya berlebih lebihan dalam berbuka.
Andai kita mau berhemat dan menyederhanakan diri, insha Allah tidak akan membengkakkan belanjaan dan kebutuhan kita di bulan Ramadhan ini.